Hentikan bicarakan 'aku'

Berbicara ke aku an memang memuakkan. Tetapi akan berbeda untuk jendela pribadi atau blog pribadi ini.

Begini, aku ingin menyusun konsep yang aku bicarakan di paragraf pertama tadi. Memakai paradigma apalah, mungkin deduktif. Yang mana dalam kerangka ini aku mengutarakan pernyataan baru rasionalitas yang memperkuat pernyataan tersebut.

Benar yang dikatakan oleh teman-temanku, bahwasanya berbicara ke-aku-an itu adalah obrolan yang membosankan dan memuakkan. Sebab, ada beberapa hal yang mendasarinya. Hal tersebut antara lain, :

Pertama, berbicara ke-aku-an adalah berbicara persoalan subjektif. Apalah yang dipersalahkan jika hal itu hal lingkup persoalan subjektif. Ibarat dikata "emang lu mau komentar apa, kalau gwe maunya gini. Ya terserah gw lah, idup-idup gwe". Begitu kurang lebihnya.

Dalam lingkup sosial, entah yang ada di lokasi tersebut itu ada kamu dan aku, di situlah masuk persoalan sosial. Nah persoalan sosial itu ya persoalan bersama. Lingkup sosial, ya lingkup bersama. Persoalan objektif. Supaya apa? Supaya apa yang kamu bicarakan biar orang lain mampu untuk memasukinya. Bukan persoalanku atau mu yang tidak berhak setiap orang untuk memasuki cerita itu.

Kedua, orang berbicara ke-aku-an itu karena dia mengatur konsep diri belum selesai. Mungkin dia kurang perenungan, mungkin dia kurang berbicara dengan dirinya sendiri. Sehingga apa yang seharusnya dibicarakan di tataran sosial terbawa persoalan pribadi. Ini jatuhnya baper! Oleh sebab itu, persoalan diri itu adalah persoalan yang seharusnya sudah selesai dalam diri sendiri.

Ketiga, Persoalan diri dan jika ingin belajar ke orang lain untuk mampu menjadi orang yang dia inginkan dan bukan berarti menghilangkan identitas diri seharusnya tak perlu dibicarakan dalam tataran sosial, sebab hal itu juga bisalah diselesaikan dalam tataran perenungan untuk diri.

Dan yang terakhir, perbaiki pola pikir. Sebab, kalau dia gak yakin dengan dirinya sendiri dia akan sulit percaya dengan apa yang dibicarakan oleh dirinya sendiri, jangan menganggap rendah keberadaan diri. (Lah gimana orang lain mau menghargai lu, kalau lu aja gak menghargai diri lu sendiri). Dan lagi, jangan enelan mentah-mentah apa yang dibicarakan oleh orang lain untuk pendidikan karakter, sebab, ada beberapa hal yang mungkin tidak cocok dengan keadaan sosial diri mu. Jadi perlu disaring setiap apa yang dibicarakan oleh orang lain ke lu. Serta , jangan gumunan dan menganggap orang lain lebih dari lu. Sehingga diri lu selalu dan selalu ingin belajar menyerupai dia.

Begitulah kurang lebih refleksi di warung kopi Bjong malam ini.

Comments