Aku merasa semakin mati dengan
keberadaanku di HMI. Apa tujuanku di HMI? Memperdalam intelektual? Ahh aku kira
tak hanya di HMI kita mampu belajar intelektual. Belajar keislaman dan
keindonesiaan? Ahh aku kira anggapan ini hanya membuat manusia semakin fanatisme.
Apa niatmu ber-HMI? HMI telah keluar dari jalan lurusnya. Semangat perhimpunan
diri dalam ranah intelektual telah melenceng menuju ke arah nepotisme.
Haha Nepotisme? Baikkah hal itu
terjadi? Bagaimana bisa maju negeri ini, jika penghuninya manusia berandalkan sistem lobying tanpa ada
keseimbangan intelektual. Bahkan lebih parahnya lagi, jika kader berangkapan
bahwa hidup di zaman sekarang kalau tidak ngandelin lobying maka hidupnya tak
selamat. Hidupnya tak lancar. Hidupnya susah. Hahaha sejak kapan sabda itu
menjadi sakral dan diagung-agungkan banyak manusia berbendera?
Jika lobying kamu gunakan untuk
senjata hidupmu, akan sampai kapan hidupmu akan menemukan kemerdekaan?
Kemerdekaanmu ditentukan oleh tangan penguasamu. Hidupmu tak menemui kebebasan,
hidupmu terikat, hidupmu penuh berbagai aturan tak masuk akal. Hidupmu akan
patuh, tunduk, sendiko dawuh, sama
orang yang kamu sakralkan. Sejak kapan orang seperti itu kamu sembah melebihi
Tuhan? Sejak kapan orang lain kamu puja, patuhi, taati dan mengekangkan diri
melebihi kedua orang tuamu? Haha apa karena mereka memberi janji-janji akan
kursi jabatan yang membuatmu tergiur dari kebebasanmu? Apa kamu memang gila
akan kursi jabatan sehingga kamu rela dijadikan budak oleh para kaum cukong
itu? Dimana letak kemerdekaanmu?
Berdikarilah dalam diri sendiri.
Jangan menggantungkan hidup dan masa depanmu di tangan kekuasaan orang lain.
Jangan pernah ada kepercayaan sedikit pun atas segala sesuatu, kecuali kepada
kebenaran dan orang tuamu.
Hidupmu buat siapa? Mengabdi
kepada siapa? Patuh, hormat, takut kepada siapa? Di dunia ini yang mampu
menjadikanmu seutuhnya adalah kebenaran dan orang tua. Mengapa harus merangkak
dan menyembah mereka yang memberi janji manis akan kursi kekuasaan?
Hahaha kader HMI itu banyak
sekali yang lucu. Katanya HMI itu adalah organisasi mahasiswa yang sifatnya
independent dan berazaskan islam. Dilihat dari mananya organisasi independent
itu? Lawong alumni yang menampuk
kekuasaan aja sebagai alat untuk lobying. Dari mananya organisasi ini disebut
organisasi mahasiswa? Lawong tujuan
berHMI mayoritas sampai saat ini untuk mampu menduduki kursi kepemerintahan.
Dari mana juga organisasi ini berazaskan islam? Lawong kader-kadernya berperilaku bejat dengan penghalalan segala
cara untuk mampu menampuk kursi yang ia impikan.
HMI itu lebih tepatnya disebut
organisasi politik yang berasaskan segala macam dihalalkan demi terwujudnya
egoisme yang diinginkan. Aku marah berHMI, HMI telah luntur. HMI akan
MATI...!!!
“Terbinanya kader HMI yang mempunyai
kemampuan intelektual dan mampu mengelola organisasi serta berjuang untuk
meneruskan dan mengemban missi HMI” sedang isi daripada mission HMI “Terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”
Coba deh telisik lebih dalam isi
dari tujuan LK 2 dan mission HMI di atas. Sungguh begitu luhur kalimat terbinanya kader HMI yang mempunyai
intelektual. Aku mencintai cita-cita ini. Sangat mencintai. Akan tetapi,
melihat kenyataan yang ada di lapangan itu nosent.
Mereka sama dengan orang-orang kebanyakan. Daya intelektualnya kalah dengan
jabatan yang sedang diampunya. Ini nih akibat dari sistem lobying yang mengalir
deras di darah mereka.
Lanjut pada kalimat selanjutnya mengelola organisasi serta berjuang untuk
meneruskan dan mengemban missi HMI. Haha dengan kalimat ini nih HMI telah
bermunculan dualisme kekuasaan untuk merebutkan kursi yang diidam-idamkan itu.
Mengelola tak harus bertampuk di kursi kepemimpinan kalee,, tetapi sayang
banyak orang fatal, salah memahami kalimat tersebut, entahlah.. Hancurkan saja
itu HMI...
Selanjutnya ke mission HMI, Terbinanya insan akademis, pencipta. Insan
akademis, yaahh seharusnya sebagai insan akademis dia mampu memiliki daya
intelektual yang mampu memberikan daya tawar. Begitu saja sih jawabanku. Kalau
sebagai insan Pencipta, aku juga
menyetujui kalimat ini, karena di sini manusia dituntut untuk mampu berkarya.
Apa yang patut dibanggakan dari manusia selain berkarya. Untuk takaran manusia
seharusnya berprinsip TIADA ALASAN UNTUK TIDAK BERKARYA. Dengan berkarya
manusia mampu menemukan jati diri dan kemerdekaannya. Tetapi dengan karya pula
manusia diperbudak oleh hasil ciptaannya dengan pempelacuran karya yang telah
dikomersialkan itu. Sebagai penyeimbang, maka dalam Islam diajarkan pula
bahwasanya kita sebagai insan kamil jangan sekali-kali menyembah selain Allah,
apalagi menyembah uang. Segalanya memang membutuhkan uang, tetapi uang bukan
solusi segalanya.
pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT Sungguh mulia cita-cita ini.
Islam memang agama rahmatan lil alamin. Hanya manusia yang sadarlah yang mampu
melaksanakan kewajibannya itu dengan atas pencarian ridhonya Allah, berbeda
dengan manusia yang buta akan jabatan dan melakukan apapun untuk meraih jabatan
itu.
So, kegelisahanku malam ini
sedikit terkurangi. Aku tak menginginkan hidupku berada di antara mereka yang
gila jabatan dan mengandalkan nepotisme. Aku berada di HMI bukan memperoleh
jabatan, berHMI hanya bertujuan untuk belajar. Kiprah utama bagi saya tetaplah
ARENA. Karena dengan berARENA aku bisa berbicara seperti ini. Berantas Fanatisme bendera, Berantas Nepotisme.
Comments
Post a Comment